Senin, 25 Oktober 2010

Urgensi Efektivitas Komunikasi

Oleh: Hibatun Wafiroh
Sabtu (18/4) ada yang berbeda di gedung Self Acces Center (SAC). Berbondong-bondong para mahasiswa baik dari IAIN Sunan Ampel maupun kampus lain memasuki sebuah ruangan luas di samping tangga di lantai dasar gedung yang terletak di sebelah barat Pesantren Mahasiswa (Pesma) IAIN Sunan Ampel itu. Bukan tanpa tujuan dan alasan mereka datang ke sana. Mengikuti Workshop Public Relation adalah tujuan utama mereka.

Workshop Public Relation dengan tema Effective Communication and Diplomacy sengaja diselenggarakan oleh Dewan Mahasantri Pesma dalam serangkaian acara Pesantren Affair dengan mendatangkan narasumber ternama yaitu Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc. Pesantren Affair adalah agenda tahunan di Pesma tapi dengan menggunakan istilah dan nama yang berbeda. Tahun lalu acara semacam itu disebut dengan Pesantren Cup.
Sesuai dengan temanya, workshop itu memang fokus membahas seputar komunikasi sehingga diharapkan para peserta workshop mampu merealisasikan apa yang mereka terima dari narasumber dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian sebuah tatanan masyarakat yang baik dan ideal akan mampu diwujudkan tentunya dengan cara berkomunikasi yang tepat guna dan sasaran.
Kresnayana yang kini menjabat sebagai dosen di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan juga Chairman Enciety Business Consult itu memberikan materi-materi tentang komunikasi dengan menarik yang membuat para peserta enggan meninggalkan tempat duduknya demi memperoleh pemahaman yang utuh darinya. Kondisi demikian berlangsung hingga akhir acara. Hampir seluruh peserta tetap bertahan di dalam ruangan meski jarum jam telah merambat ke angka setengah dua. Padahal dalam acara seminar-seminar yang biasa diadakan di IAIN rata-rata sedikit demi sedikit pesertanya keluar dengan alasan yang beraneka ragam walaupun seminar tersebut jatuh di hari libur, yaitu Sabtu atau Ahad. Inilah satu poin plus dari workshop itu.

Menurut pria alumni ITS kelahiran Jakarta pada 3 Agustus 1946 yang profilnya pernah dimuat di Kompas dalam rublik Humaniora (06/4) itu, setiap manusia pasti berkomunikasi. Bahkan bayi yang belum dilahirkan pun berkomunikasi walaupun tanpa disadari oleh orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, kiranya penting adanya prenatal education (pendidikan sebelum lahir) dari orang tua untuk membentuk watak dan kepribadian anaknya ke depan.

Jika sebelum lahir saja, seorang bayi mendapatkan pendidikan komunikasi dari keluarga, lantas pendidikan semacam itu setelah ia menghirup udara sejuk di atas bumi juga tak kalah pentingnya. Bahkan sangat mempengaruhi masa depanya kelak. Di sini diperlukan trik-trik tertentu untuk berkomunikasi yang efektif.
Dengan komunikasi yang efektif, berbagai hal positif akan diperoleh. Demikian sebaliknya, komunikasi yang kurang baik dan tidak tepat sasaran (ineffective communication) akan memberikan dampak buruk baik bagi subjek maupun objek komunikasi tersebut. Kresnayana mengistilahkannya dengan sender dan receiver. Di samping juga adalah istilah lain yang terkait dengan keduanya, yakni channel dan message. Dengan perpaduan yang sempurna dari keempat komponen tersebut, maka seseorang tidak akan kesulitan dalam mentransfer pengetahuan dan apa saja yang ada dalam dirinya kepada orang lain.

Pada dasarnya unsur verbal dari komunikasi yang efektif hanyalah 7%, selebihnya terdiri dari vocal sebesar 38% dan visual sebesar 55%. Dari data yang ditawarkan oleh ahli statistik tingkat nasional yang pernah merasakan pendidikan di Costa Rika, Thailand, Zimbabwe dan Cina itu, dapat diketahui bahwa effective communications tidak hanya dengan ucapan semata, tapi juga didukung dengan penampilan yang menarik. Penampilan ini bisa dari diri sender dan juga dari media yang ada ketika ia berkomunikasi, seperti slide saat presentasi dalam acara seminar.

Di penghujung acara, Kresnayana memberikan tips pengembangan komunikasi, yaitu thinks first, constrain emotions, learn to listen, tailor language to receiver, match word and action and use feedback. Kemahirannya dalam berbahasa Inggris membuatnya dalam penyusunan slide dengan bahasa Inggris semua. Tapi itu tidaklah menjadi problem bagi peserta sebab ia memaparkan dengan bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar: