Jumat, 16 Mei 2014

Romantika Cinta Beda Bangsa

Judul               : Entangled
Penulis             : Michelle Tanera
Penyunting      : Vivekananda Gitandjali
Penerbit           : Bentang Belia, Yogyakarta
Cetakan           : I, Maret 2013
Tebal               : vii + 252 halaman
ISBN               : 978-602-9397-91-8
Harga              : Rp 42.500,00
Peresensi         : Hibatun Wafiroh

Hal yang paling diinginkan oleh Chloe Rebecca Dahl, yaitu modelling dan Taura. Suatu waktu model asal Belgia yang kariernya cemerlang itu berkunjung ke Indonesia. Dia menolak menandatangani kontrak pemotretan dengan Pierre demi berjumpa Taura.

Chloe memendam cinta kepada Taura sejak masih belia. Selama sebelas tahun cinta monyet itu tak tergerus waktu. Meski terbentang jarak ribuan kilometer, Chloe tak berpaling dari Taura. Chloe berharap kelak mereka bersatu dalam biduk rumah tangga.

Adapun Taura tidak berani mengekspresikan perasaannya kepada Chloe. Taura menghadapi persoalan keluarga yang pelik. Orang tua Taura berasal dari dua keluarga kaya yang berkonflik—Tanoto dan Dewantara. Reno Tanoto, ayah Taura, dihapus dari daftar pemegang saham perusahaan keluarga. Beruntung Reno masih dapat menghidupi anak dan istrinya dengan merintis Mids Corporation (hal. 11-14).

Metamorfosis Sang Loper Koran


Judul               : Tidur Berbantal Koran
Penulis             : N. Mursidi
Penerbit           : PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Cetakan           : I, 2013
Tebal               : xiv + 246 halaman
ISBN               : 978-602-02-0594-6
Harga              : Rp 44.800,00
Peresensi         : Hibatun Wafiroh

Bagi penggiat tulis-menulis di media, nama N. Mursidi tidak asing lagi. Tidak kurang 300 tulisannya—cerpen, resensi, esai sastra, esai film, opini dan puisi—tersebar di berbagai media, baik lokal maupun nasional. Bahkan berkat ketekunannya menulis resensi, dia dinobatkan sebagai juara pertama dalam lomba blog Pesta Buku Jakarta 2008 yang diselenggarakan oleh IKAPI. Dan buku memoar bertajuk Tidur Berbantal Koran ini menyuguhkan lika-liku perjalanan Mursidi hingga menjadi seorang penulis.

Kegagalan seolah berkelindan dengan riwayat pendidikan Mursidi. Dia gagal memasuki SMPN 1, gagal menembus persaingan di SMAN 2, gagal menyabet tiket masuk Perguruan Tinggi Negeri dan gagal menggenggam beasiswa strata satu. Alhasil, setamat SMU dia menganggur dua tahun. Dia tak langsung mengenyam bangku kuliah karena tidak dapat memenuhi satu dari dua perjanjian yang dia sepakati dengan orang tuanya: lulus UMPTN atau mendapatkan beasiswa.

Menembus Batas Usaha

Judul               : Berjalan Menembus Batas
Penulis             : A. Fuadi, dkk.
Penerbit           : Bentang Pustaka Yogyakarta
Cetakan           : I, 2012
Halaman          : xvi + 172
ISBN               : 978-602-8811-62-0
Peresensi         : Hibatun Wafiroh

Buku motivasi ini adalah kumpulan tulisan A. Fuadi dan tiga belas kontributor yang terpilih dalam event Menulis Kisah Reflektif “Man Jadda Wajada” Bareng A. Fuadi. Seluruh kisah dalam buku yang didominasi oleh para kontributor ini berdasarkan pengalaman riil, baik yang dialami sendiri oleh penulisnya maupun orang lain.

A. Fuadi menuturkan bahwa semua kesuksesan yang diraihnya berawal dari keberanian untuk memelihara mimpi, cita-cita. Dulu dia hanya memimpikan dapat merasakan manisnya ilmu di perguruan tinggi. Dan sungguh tidak terduga sekarang dia bahkan sudah menjejakkan kaki di lebih dari tiga puluh negara. Itulah hebatnya mimpi. Tentu mimpi yang disertai kesungguhan untuk mewujudkannya.

Fatwa Cinta Naysila

Judul               : Sekuntum Naysila
Penulis             : M. Budi Anggoro
Penerbit           : Najah
Cetakan           : I, 2012
Halaman          : 410
ISBN               : 978-602-978-964-5
Peresensi         : Hibatun Wafiroh

Gadis cantik berjilbab yang tidak pernah mengeluhkan keadaan itu bernama Naysila. Ia berasal dari keluarga pas-pasan. Meski hidup dalam belenggu ketiadaan harta, semangatnya tak kenal surut. Tersemai satu cita-cita di dalam lubuk kalbunya, yaitu menjadi dosen atau guru. Menyadari orang tuanya tidak mampu membiayai kuliahnya, ia rela banting tulang, menggeluti pekerjaan apa saja yang penting halal.

Etos belajar dan kerja Naysila tinggi. Di sela-sela rutinitas kuliah, dia nyambi bekerja menjaga konter Hp milik Galih, tetangga yang dulu sering memakai jasanya sebagai buruh cuci pakaian. Beruntung Galih mengizinkannya bekerja paruh waktu selepas kuliah.

Witing tresno jalaran saking kulino (cinta tumbuh lantaran sering bertemu). Pepatah Jawa itu tepat untuk Naysila dan Galih yang hampir saban hari selalu berjumpa di konter. Diam-diam Naysila menaruh kagum kepada Galih. Kekaguman yang telah mencapai tataran cinta. Begitu juga dengan Galih yang terpesona oleh kesalehan dan kedalaman ilmu Naysila.

Kamis, 15 Mei 2014

Filosofi Kopi

Judul               : Filosofi Kopi
Penulis             : Dee (Dewi Lestari)
Penerbit           : Bentang, Yogyakarta
Cetakan           : Pertama, 2012
Tebal               : xiv + 142 halaman
ISBN               : 978-602-8811-61-3
Peresensi         : Hibatun Wafiroh

Sebagaimana dikatakan Goenawan Mohamad, jika ada yang memikat pada Dee adalah cara dia bertutur: ia peka pada ritme kalimat. Kalimatnya berhenti atau terus tidak hanya karena isinya selesai atau belum, tapi karena pada momen yang tepat ia menyentuh, mengejutkan, membuat kita senyum atau memesona (hal. xi). Karya-karya penulis yang juga penyanyi itu selalu bernas, menarik dan memukau, tidak terkecuali Filosofi Kopi.

Dalam buku yang merupakan karya sastra terbaik 2006 pilihan Majalah Tempo ini dikisahkan bahwa Ben sangat menggilai kopi. Ben pergi berkeliling dunia, mencari koresponden ke mana-mana demi mendapatkan kopi-kopi terbaik dari seluruh negeri. Dia berkonsultasi dengan pakar-pakar peramu kopi dari Roma, Paris, Amsterdam, London, New York, bahkan Moskwa (hal. 1).

Rabu, 14 Mei 2014

Petani Peradaban

Judul               : Menjadi Guru Inspiratif
Penulis             : A. Fuadi, dkk
Penyunting      : M. Iqbal Dawami dan Ikhdah Henny
Penerbit           : Bentang Pustaka, Yogyakarta
Cetakan           : I, Desember 2012
Tebal               : v + 186 halaman
ISBN               : 978-602-8811-80-4
Harga              : Rp 39.000,00
Peresensi         : Hibatun Wafiroh


A great teacher inspires. Guru yang hebat selalu menginspirasi. Nampaknya itu poin general yang ingin disampaikan dalam buku antologi yang ditulis oleh 14 penulis ini. Meski dalam balutan kisah yang berbeda, para penulis sepakat bahwa guru bukan sekedar mengajar, melainkan juga mendidik dan menggugah untuk selalu berbuat baik.

Bagi A. Fuadi, guru yang baik ibarat petani. Mereka menyiapkan bahan dan lahan belajar di kelas, memelihara baik-baik bibit penerus bangsa, menyirami mereka dengan ilmu dan memupuk jiwa mereka dengan karakter yang luhur (hal. 1). Mereka petani peradaban yang menentukan kualitas bangsa di masa depan.

Mawar di Tegarnya Karang

Judul               : Sunset Bersama Rosie
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Mahaka Publishing, Jakarta
Cetakan           : I 2011, III 2012
Halaman          : iii + 425 Halaman
ISBN               : 978-602-9888-36-2
Peresensi         : Hibatun Wafiroh

Setelah novel Hafalan Shalat Delisa sukses dilayarlebarkan dan serial Anak-anak Mamak—versi filmnya Anak Kaki Gunung—memperoleh apresiasi dari penonton televisi, Tere Liye makin meneguhkan eksistensinya di jagat sastra Indonesia melalui novel-novelnya, antara lain Sunset Bersama Rosie. Novel yang sebagian besar ceritanya ber-setting Gili Trawangan, Lombok, ini selain mengisahkan perjalanan manusia dewasa, juga memindai kehidupan anak-anak. Sang penulis amat lihai mengeksplorasi karakter anak.

Tegar Karang, si tokoh utama, tidak pernah dapat melupakan potongan kisah sendu masa lalunya. Saat itu senja di Gunung Rinjani, Lombok, tampak begitu memesona. Secara tidak sengaja, dari balik ranting pepohonan dia mendengar Nathan, sahabat karibnya, menakrifkan cinta pada Rosie. Rosie adalah gadis yang selama dua puluh tahun mengisi ruang hatinya. Padahal esok ketika sunrise Tegar berencana mengungkapkan seluruh perasaannya kepada Rosie. Sayang, Nathan telah mendahului dan Rosie menerima cinta lelaki yang baru dua tahun dikenalnya itu.

Koma

Pengap. Gerah. Sumpek. Tidak ada AC. Yang ada, dua kipas angin listrik yang memicu perdebatan sengit jika difungsikan. Keringat membanjiri badan orang-orang di ruang itu. Tangan mereka tak henti-hentinya menggerak-gerakkan kipas bambu untuk menghadirkan sedikit angin segar. Di sisi lain sebagian pasien berselubung lapis-lapis selimut karena kedinginan. Wajah mereka pucat sepucat suasana ruangan itu.

Delapan brankar berhimpitan satu sama lain. Jarak antar brankar hanya dua puluh sentimeter. Infus yang bertengger di tiang besi menandakan di brankar-brankar itu berbaring manusia penyandang penyakit. Tidak ada brankar yang kosong. Di brankar pertama, paling dekat dengan pintu masuk, tertidur pulas remaja perempuan. Dia selesai operasi usus buntu kemarin. Keadaannya kian membaik. Di sampingnya ibu bapaknya menungguinya tiada lelah. Di brankar kedua dan ketiga dua pasien bernasib sama terus menahan rasa sakit di bagian kaki. Mereka harap-harap cemas menanti pelaksanaan operasi tulang. Oh... kasihan sekali dua kakak beradik itu. Seandainya orang tua mereka berduit, pastinya mereka sudah dioperasi tak lama setelah ditimpa musibah kecelakaan.