Minggu, 08 November 2009

Kebahagian Terpancar dari Wajah Mereka

By: Hibatun Wafiroh

Canda tawa mereka memenuhi taman kota sehingga malam terasa lebih indah apalagi dengan ditemani bintang dan bulan yang memancar terang di langit. Bahkan mungkin ini adalah malam terindah yang pernah mereka rasakan.. Penampilan mereka tak kumuh seperi pagi dan sore hari. Kini tubuh mereka terbalut dengan pakaian bersih nan rapi. Aku turut senang menyaksikan kebahagiaan mereka.
Tak hanya aku yang ada di taman menemani anak-anak kecil itu. Mia dan Amel juga setia menghabiskan malamnya di taman yang dipenuhi dengan pohon cemara di setiap sudutnya. Tak ada satu pun keluhan yang keluar dari mulut mereka. Sangat tepat kuajak dua gadis berpostur tinggi itu untuk berbagi kebahagiaan dengan manusia-manusia mungil yang sepi dari dosa dan juga kenyamanan hidup.

“Vila, kejadian ini membuatku terharu. Baru kali ini aku menyaksikan langsung kegembiraan mereka. Sekarang aku tahu sesungguhnya mereka membutuhkan waktu luang untuk menikmati hidup, meski hanya sejenak. Mereka sebenarnya ingin melepas penat. Tapi sayang banyak yang tak peduli,” komentar Amel ketika adik-adik berjumlah lima belas itu dibiarkan merasakan kebebasan di taman sambil menikmati es krim cokelat.

Air Mata 25 Mei

By: Hibatun Wafiroh
Jam empat sore aku sampai di taman kampus yang berada di samping kantin. Aku sengaja ke sini di saat mahasiswa lainnya mulai meninggalkan kampus yang terletak di Surabaya ini. Aku duduk di antara tanaman dan pohon rindang bukan tanpa tujuan atau sekedar menghabiskan waktu. Tetapi aku sedang menanti seseorang yang telah berjanji akan menemuiku di taman ini. Janji yang selalu kuingat setiap saat.

“Indri, tunggulah aku di sini setiap tanggal 25 Mei jam empat sore. Dalam keadaan bagaimana pun juga aku pasti akan datang menemuimu di tempat ini.” Kata-katanya masih terngiang jelas di telingaku. Dia mengucapkannya delapan bulan yang lalu ketika acara wisuda S1 di kampus ini.

“Ya, aku akan selalu menunggumu di sini. Aku akan setia menanti kedatanganmu,” jawabku dengan suara terisak.