Senin, 25 Oktober 2010

Kristal Harapan Dari Sosok Helvy Tiana Rosa

Oleh: Hibatun Wafiroh
Helvy Tiana Rosa (HTR) adalah wanita yang sangat populer di jagat penulisan Indonesia. Bahkan namanya melambung sampai ke kancah internasional. Terbukti ia tercatat sebagai anggota Majelis Sastra Asia Tenggara. Karya-karyanya tidak hanya diminati di negeri sendiri, tapi juga diterjemahkan ke dalam bahasa asing, seperti Inggris, Jepang, Arab, Swedia, Jerman dan Prancis. Benar-benar penulis yang berdedikasi tinggi terhadap masyarakat luas.

HTR, penulis yang berhasil membuktikan jargon “Dengan Pena, Dunia Bisa Diubah.” Tulisannya dapat mempengaruhi laku manusia. Cerpen-cerpen yang lahir dari tangannya kerap menyentuh dan mendorong seseorang untuk kian berbuat baik. Salah satu contoh riilnya adalah cerpennya yang berjudul Ketika Mas Gagah Pergi yang ditulisnya pada tahun 1997. Betapa banyak remaja yang tersadarkan usai membaca alur cerita yang dirangkai oleh HTR itu. Selain itu, ada banyak lagi cerpen, esai, puisi dan naskah dramanya lainnya yang juga tidak kalah bagusnya. Misi da’wah bil qalam (berdakwah dengan pena) telah menemukan relevansinya.

Menguak pribadi HTR tentu tidak ada habisnya. Sebab dilihat dari berbagai sisi, ia memiliki banyak kelebihan. Terutama dalam bidang kesusastraan. Namun dalam sekelumit tulisan ini, secara spesifik saya akan mengulas pengalaman saya membaca karya-karya HTR, pengaruhnya terhadap diri saya serta harapan ke depan.

HTR Sang Inspirator

Membaca buah karya HTR terasa hidup di dunia fiksi. Atau sebaliknya. Setiap ceritanya seakan-akan nyata adanya. Sebab tak jarang tema diangkatnya berangkat dari realita yang ada di masyarakat. HTR mampu mengemasnya sangat apik dan menarik. Tiap katanya menyiratkan makna.

Saya seolah hanyut dan menyatu dengan tokoh-tokoh yang diciptakannya. Rasa haru, sedih, bahagia campur aduk menjadi satu dalam hati tatkala menikmati penggal demi penggal kisahnya. Diksi yang puitis dan indah semakin membuat saya tersihir. Dan yang terpenting, pesan yang tersirat di dalam cerita tersebut yang bernuansa Islami dan mengedepankan nilai kemanusiaan, bisa memacu semangat untuk terus maju.

Sejauh ini sosok HTR secara tak langsung telah memotivasi saya dalam bidang penulisan. Karya-karya fenomenalnya telah memberi spirit kepada saya. Ini terkait erat dengan cita-cita menjadi penulis yang sejak lama bersarang di pikiran saya. Sebagai perempuan yang memiliki big dream menjadi the smart writer, tentu kehadiran karya HTR sangat berpengaruh terhadap aktivitas penulisan saya. Ide-ide yang membeku dalam otak bisa cair kembali selepas membaca cerpen HTR. Semangat yang sempat mengendur bisa terpompa lagi usai membaca profil singkat HTR yang tertera di halaman paling belakang bukunya.

Prestasi-prestasi yang dicapainya kian membuat saya kagum. Dari kekaguman itu saya berharap kelak bisa meraih predikat the smart and useful writer. Ya, saya ingin merengkuh predikat penulis yang tiap karyanya dapat diambil manfaat oleh masyarakat luas. Penulis yang akan terus dikenang meski jasad telah terpisah dari raganya. Penulis yang karyanya mampu menyentuh hati para pembaca. Penulis yang selalu memegang prinsip amar ma’ruf nahi munkar tiap kali hendak menuangkan idenya ke dalam bentuk tulisan. Saya benar-benar ingin menjadi penulis hebat nan bermanfaat seperti HTR.

Cita-cita saya itu bukan sebatas di alam mimpi belaka. Sejak lama saya mulai menapaki dunia penulisan meski dengan terseok-seok. Kegagalan akibat tulisan ditolak oleh media maupun tidak dinobatkan sebagai pemenang dalam ajang kompetensi, tidak menyurutkan niat saya. Dengan lapang dada saya menerima kegagalan itu. Saya yakin dengan terus melangkah, suatu saat nanti Allah akan mengabulkan harapan tersebut.

Sebagai pengagum HTR, pasti ada keinginan untuk bisa bertemu dengannya. Tapi sampai detik ini momen itu belum tiba. Malah adik saya, Muhammad Izzun Ni’am, yang mendapatkan kesempatan emas itu. Ni’am bertatap muka langsung dengan HTR September lalu kala dia mengikuti Lomba Nasional Penulisan Cerita Fiksi Keagamaan Tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Departemen Agama RI dan dinyatakan sebagai Juara Harapan 2 untuk kategori SLTP.

Sebelum diputuskan sebagai pemenang, terlebih dahulu tiap peserta lomba diundang ke Jakarta untuk mempresentasikan karya fiksinya yang lantas dilanjutkan dengan penyerahan hadiah. Dan HTR menjadi salah satu juri yang menilai penampilan presentasi itu. Rasa bahagia dan haru menyelimuti hati Ni’am. Di samping karyanya mendapatkan penghargaan dari Depag RI, dia juga berkesempatan berjumpa dengan HTR, penulis berkaliber yang melahirkan banyak karya inspiratif. Bahkan dia sempat disodori dua pertanyaan terkait dengan cerita yang dikarangnya. Dialog singkat antara Ni’am dan penulis yang dikaguminya adalah pengalaman indah yang sulit dilupakan dan menjadi pelajaran berharga baginya.

Sama halnya saya, Ni’am pun kian semangat menerjuni dunia tulis menulis. Di masa mendatang dia bercita-cita menjadi penulis. Kini dia mengasah potensinya dengan terus menulis, baik buku diary, cerpen, puisi maupun pantun. Dia ingin menyusul kesuksesan HTR di belantara penulisan tanah air. Dia ingin diundang lagi ke acara penyerahan penghargaan kepada penulis muda berbakat, sedang di sana ada HTR sebagai jurinya. Tentu butuh perjuangan berat sebelum merengkuh predikat penulis sukses. Semoga ini bukan impian semu, tapi juga akan jadi kenyataan.

Mereka Butuh Karya HTR

Hampir tiap orang memuji kepiawaian HTR dalam merangkai kata. Cacat dan kekurangan sulit ditemukan dalam karyanya. Siapa pun yang membaca karya HTR, tentu akan terkesima dengan sajian ceritanya. Sangat pantas apabila berbagai prestasi ia raih. Tak salah sasaran jika juri dalam suatu kompetisi penulisan, meletakkan karya HTR dalam urutan pertama. Ia memang layak menerima semua penghargaan itu.
Karya-karya unggulan HTR tersebar di mana-mana. Buku-buku dengan sampul yang dibubuhi nama Helvy Tiana Rosa telah didistribusikan secara luas. Buku-buku itu laris manis di pasaran dan mendulang banyak manfaat. Semua orang bisa mendapatkan, membaca dan mencerna isinya. Namun tidak dengan manusia berekonomi pas-pasan.

Manusia yang hidup dengan balutan kemiskinan tak mampu menikmati karya spektakuler HTR. Harga jual yang tinggi membuat mereka tak bisa berbuat apa-apa. Jangankan buku bacaan, kebutuhan primer sehari-hari saja sulit terpenuhi secara utuh. Mereka harus berjuang semaksimal mungkin demi mendapatkan seonggok rezeki di tengah kehidupan modern yang menuntut pemenuhan beragam kebutuhan. Padahal sejatinya mereka butuh buku yang bisa mencerahkan diri mereka. Dan kehadiran buku HTR di tengah-tengah mereka, sangat diharapkan.

Mungkin bagi orang yang hidup di kota atau setidaknya tahu perkembangan dunia ilmu, nama Helvy Tiana Rosa sudah tidak asing lagi di telinga. Karena memang HTR kerap disebut-sebut sebagai penulis produktif yang banyak melahirkan karya sastra. Eksistensi HTR kian diteguhkan dengan buku-bukunya yang telah menyebar di seantero Indonesia. Akan tetapi berbeda dengan kaum miskin yang barangkali masih buta dengan sosok HTR beserta karyanya. Kebutaan yang disebabkan oleh rendahnya daya beli mereka terhadap karya HTR. Sebab harga buku terbilang mahal bagi mereka.

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika ada program buku gratis untuk kalangan kurang mampu seperti mereka. Saya yakin, sebetulnya mereka haus akan ilmu. Mereka lapar dan ingin melahap pengetahuan dari berbagai bahan bacaan. Ketidakmampuanlah yang memaksa mereka jauh dari dunia buku. Di sinilah buku-buku HTR sangat mereka butuhkan. Semangat mereka akan terpompa dengan membaca buku-buku kaya inspirasi tersebut. Tentunya jika buku-buku itu diberikan secara cuma-cuma. Mengingat mereka tak berlimpah uang. Sementara untuk harga satu buku saja tidak murah.

Dengan demikian manfaat dari sosok HTR tak hanya merambah di kalangan ekonomi menengah ke atas saja, tapi juga manfaatnya bisa dirasa oleh masyarakat pas-pasan yang rata-rata jauh dari kesejahteraan. Dan tidak menutup kemungkinan di masa yang akan datang, mereka akan menyabet predikat penulis layaknya HTR. Bukankah kerap kali seseorang menjelma menjadi sosok yang diidolakannya? Dengan membaca karya HTR, mungkin mereka akan terdorong untuk menggerakkan pena dalam rangka mencipta sebuah karya. Atau minimal mereka akan termotivasi usai menikmati paragraf demi paragraf dari karya HTR.
Akhirnya minat baca dan tulis yang semula redup akan bersinar lagi. Bukankah dengan membaca dan menulis, seseorang akan bisa bangkit dari keterpurukan? Bahan bacaan yang bermutu dari buku HTR akan menuai banyak dampak positif dalam pengembangan diri mereka. Pintu kemajuan terbuka lebar untuk mereka.

Tidak ada komentar: