Judul : Berjalan Menembus Batas
Penulis : A. Fuadi, dkk.
Penerbit : Bentang Pustaka Yogyakarta
Cetakan : I, 2012
Halaman : xvi + 172
ISBN : 978-602-8811-62-0
Peresensi : Hibatun Wafiroh
Buku motivasi ini adalah kumpulan tulisan A. Fuadi
dan tiga belas kontributor yang terpilih dalam event Menulis Kisah Reflektif
“Man Jadda Wajada” Bareng A. Fuadi. Seluruh kisah dalam buku yang
didominasi oleh para kontributor ini berdasarkan pengalaman riil, baik yang
dialami sendiri oleh penulisnya maupun orang lain.
A. Fuadi menuturkan bahwa semua kesuksesan yang
diraihnya berawal dari keberanian untuk memelihara mimpi, cita-cita. Dulu dia
hanya memimpikan dapat merasakan manisnya ilmu di perguruan tinggi. Dan sungguh
tidak terduga sekarang dia bahkan sudah menjejakkan kaki di lebih dari tiga
puluh negara. Itulah hebatnya mimpi. Tentu mimpi yang disertai kesungguhan
untuk mewujudkannya.
Bukan cita-cita namanya kalau tidak diperjuangkan
dengan habis-habisan. Menurut A. Fuadi, kunci keberhasilan menggapai cita-cita
adalah kombinasi yang kuat antara man jadda wajada (barang siapa
bersungguh-sungguh akan berhasil), man shabara zhafira (barang siapa
bersabar akan beruntung), doa dan keikhlasan (hal. xii-xiii).
Setelah A. Fuadi memberikan pengantar dan suntikan
motivasi, selanjutnya tulisan dipecah dalam tiga bagian. Pertama,
melawan keterbatasan harta. Bagian pertama ini memuat empat kisah inspiratif.
Kisah Bernando J. Sujibto yang karena ketekunannya bisa melesat ke Amerika
untuk menuntut ilmu. Kisah Ahmad Danuji dan Nanang Nurhidayat yang rela
berpeluh-peluh kerja serabutan demi dapat mengecap bangku kuliah. Kenangan Mey
Zusana tentang ayahnya, mantan petugas cleaning service, yang kini
menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Mereka semua meneriakkan bahwa
keterbatasan harta bukan penghalang untuk menggenggam kesuksesan.
Kedua, menahan rasa sakit. Di bagian ini tersaji kisah
Rahmatika Choiria yang mengidap talasemia—penyakit darah turunan yang ditandai
adanya sel darah merah yang abnormal; J. Sumardianta yang bermasalah dengan
penglihatannya; Huriyah Riza yang menceritakan Shanum—sosok dokter yang dalam
dirinya bersarang leukemia; Nurkhalis M. Kasim yang kakinya terpaksa diamputasi
akibat kecelakaan; dan Rina Shu yang terserang muscullar distrophy
sehingga membuatnya lumpuh sejak bayi.
Ketiga, menembus batas usaha. Bagian terakhir ini
memaparkan cerita empat orang yang tak pernah putus semangat meski cobaan dan
rintangan kejam menerpa. Mereka adalah Diannafi (single parent dengan
dua anak yatim), Shohifah Annur (mahasiswi pascasarjana di Technical
University Braunschweig, Jerman, yang semasa kecil ditinggal wafat ibunya),
Setiawan Chogah (perantau ilmu di Banten yang pernah merasakan pilu lantaran abak
dan amak-nya bercerai) dan Abdullah Mabruri yang membagikan kisah Aji,
mahasiswa S1 di Nanyang Technology University, Singapura.
Akhirnya membaca kisah-kisah dalam buku ini akan
menerbitkan semangat untuk tidak patah arang dalam menghadapi berbagai
kesulitan di dunia. Bunga rampai ini layak dibaca oleh siapa pun. Selamat
membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar