Sabtu, 02 Mei 2009

Hasan al-Bana: Mujahid dan Muassis Ikhwan al-Muslimin

Islam adalah agama yang sempurna. Untuk sampai pada titik kesempurnaan dibutuhkan perjuangan yang luar biasa dari umat Islam sendiri. Perjuangan yang harus didasari dengan rasa ikhlas dan harus dilaksanakan secara kontinyu tanpa mengenal lelah dan letih. Sehingga cita-cita mulia yaitu tersebarnya agama Islam ke seluruh penjuru dunia bisa tercapai seperti saat ini.

Layaknya perputaran roda, Islam pun terkadang berada di atas dan terkadang pula berada di bawah. Akan tetapi perjuangan-perjuangan yang dimotori oleh gerakan Islam terus berkobar, hilang satu tumbuh seribu, esa hilang terbilang dua. Misalnya ketika Dinasti Abbasiyyah jatuh ke tangan Mongolia, pada waktu yang bersamaan kebangkitan Islam muncul di belahan barat, Andalusia. Dan salah satu mujahid yang tetap gigih sekaligus sebagai perintis gerakan Ikhwan al Muslimin adalah Hasan al Banna.



Tokoh pejuang ini lahir pada bulan Oktober 1906 M di wilayah Buhairah, desa Mahmudiyah yang terletak 90 mil dari barat daya kota Kairo. Keluarga yang taat beragama dan kondisi kota Mesir sebagai pusat perkembangan tarekat sufi, telah mengantarkannya sebagai sosok muslim sejati. Bahkan dia juga mendirikan Jam’iyyah Hashafiyah li al Birri agar misi tarekat lebih memasyarakat.



Pada masa selanjutnya al Banna bergabung dengan Jam’iyyah Makarim al Akhlaq al Islamiyyah yang bergerak dalam bidang dakwah. Masjid dijadikan sebagai pusat penyebaran dakwah Islam. Materi yang disampaikan seputar keagamaan dan problematika sosial. Seusai lulus dari Fakultas Darul Ulum pada 1927 dia kembali ke kampung halamannya untuk berdakwah pula. Kegiatan dakwahnya semakin luas dan tidak jarang dia mendapatkan tantangan dari orang-orang yang merasa terganggu dengan keberadaannya. Oase dakwah inilah yang mendorongnya untuk mendirikan gerakan Islam al Ikhwan al Muslimin pada tahun 1928 M di kota Isma’iliyyah.

Pendirian gerakan Islam ini merupakan permohonan dari beberapa orang yang pernah mendapatkan pelajaran yang berharga dari al Banna yang berharap supaya nilai-nilai Islam bisa terealisasi secara kongkrit dalam kehidupan sehari-hari. Organisasi ini berlabelkan Islam, bersyiarkan Islam dan Islam sebagai landasan ideal dasar organisasinya. Dengan demikian betapa agung dan mulianya misi-misi yang dibawa oleh organisasi Islam Ikhwan al Muslimin ini. Namun masih relevankah teori-teori yang mereka agung-agungkan itu?

Gerakan yang dipelopori oleh al Banna mendapat respon positif dari masyarakat dan terus berkembang. Hingga pada tahun 1932 al Banna menjadikan Kairo sebagai pusat gerakannya. Perkembangan yang pesat ini tidak lepas dari peran al Banna yang mampu mengantarkan gerakannya go public dan bisa bersaing dengan gerakan-gerakan dakwah lainnya. Komprehensif dan fleksibel adalah karakter dari gerakan ini.

Secara garis besar ada dua konsep yang ditawarkan oleh gerakan Ikhwan al Muslimin, yaitu konsepsi aqidah dan konsepsi dakwah. Dalam konsepsi aqidah, mereka menganut paham Ahlu al Sunnah wa al Jama’ah. Sedangkan dalam bidang aqidah, mereka menekankan pada islamisasi alam islami, justifikasi eksistensi akal dan revitalitas agama.

Pada dasarnya gerakan yang dipelopori oleh al Banna ini membawa misi-misi yang mulia demi mencetak muslim sejati. Namun apakah konsep-konsep ini masih relevan dengan kehidupan serba modern seperti sekarang ini? Apakah Islamisasi global patut direalisasikan dalam masyarakat yang sangat heterogen ini?

Tidak ada komentar: