Selasa, 15 Juli 2014

Kalimat Penenang

"Lega rasanya aku bisa mantap memutuskan untuk melupakan segala kenangan di kota ini yang berkaitan dengan lelaki berkacamata minus itu. Merasa terkejut dan terpukul adalah manusiawi. Tapi kalimat ini selalu menjadi penenang: Allah tahu apa dan siapa yang terbaik untukku. ^_^"

Kemarin lusa sekitar jam setengah sepuluh malam aku menjadikan rangkaian kalimat di atas sebagai status facebook-ku. Status bernada curhatan itu disukai oleh  lima puluh orang lebih. Puluhan teman juga mengomentarinya. Tetapi aku tindak hendak membahas tanggapan orang-orang mengenai statusku. Toh, sebenarnya aku pun tidak begitu berharap catatan sederhanaku di facebook ramai direspons. Melainkan aku ingin bercerita sedikit tentang alasanku menulis tiga kalimat tersebut.

Kira-kira dua jam sebelum statusku mengudara di facebook, aku baru tiba di kos setelah seharian jalan bareng si Flaki-laki yang mau kulupakan itu. Ada empat destinasi yang kami datangi sehari itu: Stasiun Gambir, pasar Jatinegara, Masjid Istiqlal dan Atrium Senen. Ragam tujuan kami mendatangi empat tempat itu. Mulai mengantarkan sepupunya ke stasiun. Kemudian aku menemaninya ke Jatinegara untuk membeli alat bantu lihat (baca: kacamata). Siangnya, kami salat Zuhur di Istiqlal. Selesai Asar kami ke Atrium hingga menjelang Isya. Minggu itu menjadi hari terlama aku bertemu dengannya dan mungkin menjadi pertemuan terakhir kami. Kami berbincang tentang banyak hal, termasuk urusan hati.

Ah, tetiba aku speechless mau menulis apa lagi. In summary, aku lega sekarang. Aku plong karena sudah tahu harus bersikap bagaimana. Walaupun dia mau fokus ke perempuan lain, #akurapopo. Aku baik-baik saja. Aku berpikir positif, kalau kami tidak berjodoh, artinya ada pria lain yang lebih baik daripada dia yang disiapkan oleh Allah untukku. Aku sangat yakin, Allah Tahu apa dan siapa yang terbaik untukku. Aku yakin itu.

Tidak ada komentar: